cerpen "melapuk dalam kesendirian"



Melapuk Dalam Kesendirian
Kring…kring…kring… jam berbunyi di atas meja kerjanya, disaat mentari mulai tersenyum dari ufuk timur, bahkan kaca candela dan dedaunan masih basah oleh embun, rasa dingin ini memalaskan jiwa yang akan memulai bekerja, tapi Niky wanita berambut panjang itu, sudah terbiasa dalam hal-hal yang seperti ini. Baginya waktu adalah uang, dan sebagai wanita harus wajib memaksa diri untuk rajin, semangat bekerja, dan jauh dari kemalasan. Setiap pagi di hari-harinya kecuali hari minggu ia selalu bersemangat untuk memulai pekerjaannya dengan pesona semangat yang terpancar dari wajahnya. Niky bekerja di salah satu perusahaan terkemuka di kotanya. Ia sudah bekerja di perusahaan ini selama 5 tahun. Karena cara kerjanya yang memuaskan dan hampir tak pernah mengecewakan Niky terkenal dengan disiplin waktunya bahkan jam lembur yang padat. Wanita satu ini memang sangatlah handal dalam mengatur waktu.
Tak heran jika ia sering mendapat penghargaan dari pimpinan bahkan ia lebih cepat naik jabatan ketimbang karyawan yang lain. Niky selalu berangkat lebih pagi dan pulang kerja lebih akhir daripada yang lainnya. Rajin, disiplin, bijaksana bukanlah pujian yang asing yang ditujukan kepada Niky. Sehingga banyak sekali yang mengagumi Niky tapi tak sedikit juga yang membencinya, dan kebencian merekahanyalah atas dasar iri. Tapi Niky dalam cemoohan teman-teman sekantornya Niky tak pernah menggubrisnya. Niky hanyalah menjawab dengan senyuman. Bagi Niky mereka hanya akan menjatuhkan semangat dan kemajuanku, tak mereka yang menghinaku tak lebih baik dari ku. Semangat Niky yang selalu terdengar di hatinya saat-saat hinaan itu menerpanya. Memanglah kebahagiaan tak selamanya dan seutuhnya bisa bahagia, tapi pasti ada juga masalah, asalkan masalah itu tak lebih besar dari semangatnya, pasti bisa terselesaikan.
Sangatlah susah menjadi jiwa yang baik dan dicintai banyak orang, tapi Niky tak pernah menyerah hanya karena omongan-omongan tiada guna itu, dikantor Niky juga punya sahabat yang bernama Anjas, dia cowok tinggi, putih, dan tampan yang sebenarnya menyimpan rasa pada Niky. Tapi karena alasan tertentu mereka berdua hanyalah bersahabat. Anjas selalu berusaha menjadi sahabat terbaik untuk Niky, Anjas selalu menyemangati dan mendukung Niky dalam bekerja, meja kerja mereka pun bersebelahan, membuat Anjas berlagak seperti super hero yang senantiasa melindungi Niky, hingga pada jam 2 siang itu, selesai makan siang para karyawan harus kembali bekerja, begitupun Anjas dan Niky mereka kembali ke meja kerjanya untuk menyelesaikan dokumen-dokumen yang harus di tandatangani Pak Sugi nanti.
Saat baru saja mereka duduk, dan memulai lagi pekerjaannya Sheren menghampiri Niky “He..loe gak usah jadi orang, mentang-mentang anak emasnya Pak Sugi, sombong amat, gak usah gaya lu”. Mendengar itu tadi Niky hanya tersenyum dan Anjas mengelus pundak Niky dan membalas omongan pedas Sheren “Sirik aja lu jadi orang, emang kenapa kalau temen gue jadi anak emas, kenapa!!! Lu gak bisa ye!! Dasar perunggu lu! Sentak Anjas. Tak bisa lagi Sheren menjawab omongan Anjas ia langsung pergi dengan rasa kesal, dan Anjas kembali menenangkan hati Niky “udahlah Ky, yang tabah kamu, orang gak penting gitu gak usah di dengerin” Niky hanya tersenyum dan menjawab “udah biasa kok Njas, makasih ya kamu udah temen paling baikku” dan Anjas pun tersenyum. Dan mereka berdua pun kembali bekerja hingga tak terasa waktu menjelang malam. Seperti biasa pulang kerja Anjas mengantar Niky pulang dulu, meski rumah mereka berlawanan arah, tapi Anjas sangat tak tega jika harus membiarkan  Niky pulang sendiri.
Di ujung malam dingin ini, dibalik kamar sederhana itu adalah tempat Niky merenung, berdiam, dan baginya tempat itu tempat paling damai di sepanjang waktunya. Senyuman, ketabahan, tawanya sering berakhir jika ia berada dalam kamarnya ini,dikamarnya ini Niky melampiaskan semua kesal dalam hatinya, sering sekali ia menangis dalam kesendiriannya itu. Niky kini tak punya siapa-siapa lagi, orang tua Niky sudah lama meninggal karena kecelakaan pada waktu itu. Niky selalu menyembunyikan pedih hatinya itu dan melampiaskan semua kepada hasil karya yang memuaskan. Tapi Niky pun masih belum sanggup mengisi hatinya dengan kekasih yang baru, karena Niky masih terus berayun-ayun harap kepada Andi cinta yang lalu. Niky tak sanggup membuka hatinya, meski Anjas yang selalu membuatnya tersenyum, dan setia menjaganya, Niky masih tetap angkuh kepada hatinya dan Niky takut untuk tersakiti lagi seperti perlakuan Andi. Dan ini sudah berlangsung bertahun-tahun lamanya. Senyum, tawa, dan prestasi hanya untuk kariernya tanpa harus pusing memikirkan lelaki yang bisanya menyakiti wanita, entah itu sampai kapan? Niky melapuk dalam kesendirian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PENULIS TROTOAR

Analisis Penyimpangan Bahasa pada Puisi

Analisis Penyimpangan Bahasa dalam Puisi “Sajak Rumah dan Sesuatu yang hampa, Sesuatu yang diam, Tersisa” Karya sastra pada das...