coklat tua "saat ini mungkin masih mimpi"



Coklat tua
Matahari….! Iya benar sahabat sejati kita, selama nafas kita masih berdesah pada kehidupan. Seperti biasa panas matahari disudut desa itu membakar pori-pori pak rudi. Tanpa keluh kesah iatetap melanjutkan pekrjaannya, ditemani sahabat sejatinya lapar dan dahaga. Dengan umurnya yang bertambah renta, sepanjang hidup hanyalah dihabiskan untuk menjadi kuli angkat batu di tempat kelahirannya di desa sukar maju. Setangah abad telah ia lalui dengan penuh kesederhanaan bahkan bisa dikatakan kurang, namun ia melewati itu tidak sendirian, ia melewatinya bersama semangat hati yaitu istrinya begitu juga kedua anaknya yaitu paijo dan yati. Sangatlah bersyukur rudi memiliki kedua anak seperti mereka ini, karena sangat rajin membantu dan tak sekalipun membantah keinginan orangtua nya. Paijo adalah anak pertama ia kini berumur 16 tahun dan hanya lulus di bangku kelas dua sekolah dasar, dan yati adiknya juga begitu masih sangat muda sebenarnya, bagi mereka untuk mengerti betapa pahitnya hidup ini. Bagi rudi yang penting anak-anaknya sudah mengerti huruf dan angka, itu sudah cukup menjadi bekal di masadepannya. Paijo anak tertua dari pasangan rudi dan rukmini di usia mudanya ia habiskan untuk membantu bapaknya menjadi kuli angkat batu naik turun gunung. Di tiap harinya mereka berangkat sehabis sholat shubuh, dan pulang di waktu hari menyembunyikan sang matahari.
            Kehidupan di desa sukar maju sangatlah mengenaskan, jauh dari teknologi bahkan jauh dari pengertian betapa pentingnnya pendidikan. Sebagian besar masyarakat sukar maju sangat menggantungkan hidupnya kepada gunung yang membelah sukar maju dan wonosari. Wonosari adalah sebuah desa yang telah mengenal teknologi bahkan bisa dikatakan masyarakatnya lebih modern dan berpenghasilan lebih layak ketimbang sukar maju. Masyarakat sukar maju memang kebanyakan tidak memperdulikan pendidikan bagi anak-anaknya karena hanya satu yang ada dalam pikiranya yaitu uang… dan uang untuk menyambung nafas.
            Kini memasuki bulan yang sangat indah yaitu bulan suci ramadahan,tapi tidak begitu indah bagi masyarakat sukar maju. Bagi masyarakat sukar maju bulan yang indah ini harus mereka lewati dengan penuh kesabaran, meskipun begitu mereka selalu mensyukuri semua ini, karena mereka selalu percaya di balik semua ini, Tuhan memiliki rencana yang indah. Pada bulan ramadhan seperti ini jam kerja mereka hanya sampai batas waktu jamtiga sore,itu semua sudah menjadi keputusan juragan. Juragan adalah julukan pengepul batu di surganya masyarakat sukar maju. Waktu menjelang sore dan para kuli batu bersiap-siap untuk mengakhiri pekerjaannya dan segera pulang untuk menyambut waktu berbuka puasa bersama keluarga tercinta. Di rumah petanya yang kecil, rukmini mempersiapkan untuk berbuka puasa, di dapurnya yang kecil berhiaskan tembok hitam dan asap yang mengepul yang berlomba-lomba menerobos celah dinding dapur rukmini yang berlubang. Untuk menyambut bulan suci ramadhan ini, sengaja rukmini memasak yang istimewah yaitu ikan asin di lengkapi tempe dan tahu. Bagi mereka makanan seperti ini adalah makanan paling lezat. ‘’enak bu’’ (celetuk paijo) , dan dipinggir rudi, yati yang tak bersuara melahap habis makanannya karena mungkin sudah tak tahan menahan lapar seharian. Bagi yati ini adalah tahun pertama ia melaksanakan puasa dengan sempurna. ‘’mene masak ngene maneh yaa buk’’ celetuk yati, setelah melahap habis makanannya, ibu hanya terdiam dan tersenyum kecil. Dibalik kesederhaan keluarga merekadan ketabahan hati seorang ibu, Rudi sebagai kepala keluarga  sangat mensyukuri hidupnya apalagi bisa disandingkan dengan seorang istri yang sangat hebat karena mampu menjadi manajer keuangan dengan baik, dengan segala kekurangan yang ada. Meski ibu sering menggadaikan piring-piring dan perabotan rumah peninggalan orang tua itu semua demi cacing-cacing anaknya yang menjerit kelaparan. Dengan penuh kesederhanaan rukmini tidak pernah mengeluh ataupun marah kepada suaminya bahkan rukmini masih berani menaburkan seribu harap dan mimpi kepada anak-anaknya.
            Paijo anak tertua dari mereka meski hanya tamatan kelas tiga sekolah dasar, ia tidak pernah malu untuk bermimpi. Baginya, mimpi akan menjadi kenyataan jika kita benar-benar bertekad dan benar-benar yakin tentang mimpi itu. Kata paijo ‘’ jika dia adalah mimpimu percayalah bahwa dia adalah kenyataanmu’’. Paijo juga sangat mengagumi lelaki berbadan besar dan berkums tebal itu, Pak Jarko namanya. Pak jarko adalah pengepul batu di sukar maju itu dan biasa di panggil juragan pleh masyarakat kebannyakan. Pak jarko adalah sosok yang berhati mulia, ramah dan juga dermawan, meskipun ia berpenampilan sangat garang. Paijo bermimpi jika sutu saat nanti ia bisa seperti juragan jarko, meski sangat disadari menjadi pengepul harus memiliki uang yang sangat banyak. Meskipun begitu paijo tidak pernah sedikitpun mengurungkan niatnya dan tetap memberanikan diri untuk bermimpi besar. Di setiap harinya paijo menyisihkan uang hasil angkat batu bersama bapaknya, ia bermaksud suatu saat nanti dengan tabungannya itu bisa menjadi juragan  seperti pak jarko. Paijo di kampungnya di kenal sebagai anak yang santun dan taat beribadah,bahkan setelah shalat isya’ paijo mengajar mengaji di surau dekat kali itu. Di surau kecil ini ia mengajarkan mengaji kepada anak-anak kecil tanpa upa sedikitpun. Paijo  mengajarkan dengan  keiklhasan dan baginya berbagi ilmu adalah Sesuatu yang menyenangkan.
            Bulan suci ramadhan ini pun berakhir dan esok adalah hari kemenangan yaitu hari raya idul fitri. Di malam yang dingin ini terdengar takbir dari segala penjuru masjid bahkan dari desa sebelah. Anank-anak sukar maju pun segera berbaris untuk mengikuti arak-arakan obor untuk keliling desa.  Terlihat dari candela rumah rudi, yati memelas berkata kapeda bapaknya, ‘’pak aku pingin baju baru’’ dengan kepolosan hatinya ia memberanikan diri untuk mengatakan keinginannya. Rudi hanya tersenyum dan berkata ‘’sabar nakkk…. Bapak tak punya uang, bayaran bapak habis buat bayar hutang di warung mbak sri’’. Yati hanya menunduk dan masuk kekamar dengan penuh kekecewaan. Melangkah kaki rudi dan bersanding dengan rukmini di kursi bambu depan rumah. Rudi hanya duduk termenung, melamun sembari menghisap rokoknya. ‘’kenapa toh pak, kok kayak bingung’’ tanya ibu, ‘’ah tidak apa-apa buk’’ rudi melayangkan senyum kepada istrinya. Rudi langsung berdiri dan melangkahkan kakinya ke kamar, ia memndang benda yang tertutup dan berdebu itu. Dengan mata yang berkunang-kunang rudi membuka benda itu. Iyaa benarr itu mesin jahit satu-satunya warisan dari emaknya dulu. Dengan kegigihan dan beribu harap mesin jahit itu masih bisa digunakan. Sedikit lega karena mesin jahit itu ternyata masih bisa digunakan, meskipun harus dengan seribu ketelatenan dan kehati-hatian. Sambil membenahi mesin  jahit itu, rudi mengingat-ingat cara menjahit yang pernah di ajarkan emaknya dulu. Rudi menarik  korden yang menutupi kamar itu  dan memotongnya sebisa mungkin sampai menunjukan bentuk baju, ia pun menjahit potongan-potongan kain itu sampai menjadi baju yang layak. Begadang pun ia lewati tanpa rasa lelah hanya untuk menebus senyum malaikat  kecilnya. Dan mala mini dua baju harus selesai untuk menyambut hari kemenangan esoknya.
            Hari kemenengan telah tiba, takbir dikumandangakandi segala penjuru masjid. Paijo terbangun terlebih dahulu dan menyegerakan mandi agar tidak terlambat mengikuti shalat idul fitri di desa sabelah. Sehabis mandi ia bermaksud ibu dan bapaknya, saat ia melangkahkan kaki ke kamar ia terkejut dengan dua baju yang terlipat rapi di atas kursi bambu itu, paijo menghampirinya dan langsung saja berteriak ‘’ baju baru… baju baru.. yehh’’ sehingga membangunkan orang tuanya begitupun yati. Spontan yati bangun dan menghampiri kakaknya tak hanya itu yati langsung merebut dari tangan paijo. Yati pun meneteskan air mata ‘’ makasihh pakk.. makasihh ibuk’’ yati pun langsung menghampiri rudi dan rukmini dengan memberikan pelukan yang penuh kebahagiaan. Ketabahan dan ketulusan hati ibu tak kuasa menahan tangis. Kebahagiaan di keluarga rukmini sangat terasa meski mereka melewatinya dengan penuh kesederhanaan, dan di hari kemenangan ini tercipta kebahagiaan dari baju coklat tua yang lusuh.

‘’ jika sesuatu itu adalah bagian mimpimu yakinlah bahwa sesuatu itu adalah kenyataanmu’’

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PENULIS TROTOAR

Analisis Penyimpangan Bahasa pada Puisi

Analisis Penyimpangan Bahasa dalam Puisi “Sajak Rumah dan Sesuatu yang hampa, Sesuatu yang diam, Tersisa” Karya sastra pada das...