Teruntuk: Ibuk.
Ini adalah surat pertamaku.
Aku menulis surat ini sebab aku tak kuasa jika harus
mengatakan semuanya dihadapan Ibuk dengan menatap lelah disorot matamu. Aku
minta maaf buk, karena sampai detik ini aku belum bisa mewujudkan impianku, aku
belum bisa menggantikanmu untuk menanggung segala beban yang ada. Aku selalu
berdoa agar Tuhan mempercepat takdir baik untukku, yang memang aku persembahkan
untuk Ibuk. Yang aku ingat, aku seringkali mengecewakanmu, aku seringkali tidak
menuruti segala permintaanmu, dan berulang kali aku menyesal jika telah
membentakmu buk.
Ibuk, sehat selalu yaa...
Seringkali aku acuh terhadap
lelahmu, seringkali mengeluh terhadap kemauanku yang hanya berhenti pada
sebatas janjimu. Bahkan, seringkali aku marah saat kemauanku Ibuk ingkari.
Seringkali aku tak mampu menahan egoku, seringkali kebodohan merajai hatiku
untuk memaksamu menuruti apa yang aku mau. Seringkali aku menghamburkan
kesenangan bersama teman-temanku tanpa peduli di rumah: makan apa?
Aku minta maaf buk! Memang sulit
bagiku untuk mengatakan maaf, aku begitu canggung untuk memulainya. Jadi, aku
akan memperbaiki sikap buruk ku itu. Aku akan menjadi putri yang terbaik untuk
Ibuk. Aku akan mempercepat impianku, aku tidak akan mengecewakanmu lagi.
Semakin bertambahnya usia, aku semakin paham untuk menjadi perempuan yang lebih
baik lagi, Ibuk adalah panutanku. Aku benar-benar tidak peduli pada masa lalumu,
yang sering kudengar itu sangat buruk. Aku diam-diam juga sering menanggung
gunjingan itu dari keluarga, tapi aku tidak peduli. Aku hanya ingin
memperjuangkan Ibuk agar bisa lebih baik lagi, masa lalumu sudahlah... aku
sangat menerima tentang itu, bahkan jika Tuhan mengizinkan aku ingin
memperbaikinya dengan kebahagiaan yang sedang aku perjuangkan untukmu buk.
Terimakasih, telah mengajarkanku
untuk bertahan.
Pada setiap keluh dan putus asa ku, Ibuk selalu
memberi aku nasihat agar selalu bertahan dan tak mudah bergantung kepada orang
lain. Sekalipun itu pekerjaan yang sangat berat, ibuk selalu berkata “Kamu harus bisa, perempuan itu harus bisa
apapun! Belum tentu sarjana bisa dengan mudah menjadi orang sukses. Jadi
bekerjalah dari bawah, jangan sekali-kali malu untuk melakukan hal yang baik”
salah satu nasihat yang membuatku bertahan. Tidak peduli panas atau bahkan
hujan Ibuk tidak pernah libur bekerja, aku tahu beban yang Ibuk tanggung
sangatlah besar untuk membiayai aku dan adikku. Aku tahu Ibuk mempunyai mimpi
terhadapku, dan aku berjanji aku akan bertaruh dikehidupan demi mewujudkan
keinginanmu.
Buk, terimakasih untuk doa-doa
baikmu terhadapku karena itulah yang sering menolongku di saat aku benar-benar
buntu untuk melanjutkan impianku. Aku ingin sekali menjadi penulis hebat buk,
agar bisa kutularkan kisahku kepada orang lain. Agar mereka bisa menjadi hebat
seperti Ibuk. Aku ingin segera membahagiakanmu, dan melepaskanmu dari beban
hidup selama ini. Aku sedang berjuang dan bertahan seperti nasihatmu kepadaku
buk, semoga Tuhan mempercayaiku untuk membahagiakanmu buk. Aku tahu Ibuk sudah
terlalu lama menderita. Aku minta satu hal, jangan peduli lagi terhadap
keluarga yang hanya bisa mencaci tanpa memberi solusi buk. Sekalipun Ibuk
dilupakan mereka, Ibuk masih memiliki aku! Aku tidak akan diam saja untuk
pesakitanmu selama ini, terimakasih Ibuk telah mengajariku untuk tidak membenci
orang seperti mereka. Tetapi, aku masih tetap ingin menunjukan kepada mereka
jika aku mampu mewujudkan impian dan membahagiakanmu buk.
Oh iya, jika Ibuk bertanya tentang
kekasih. Aku belum memikirkan itu, aku masih sibuk untuk memperjuangkanmu buk.
Aku tidak ingin membagi pikiranku terhadapmu. Jangan
mengkhawatirkan itu, aku akan selalu baik-baik saja. Aku minta maaf atas
perlakuanku selama ini dan terimakasih telah berjuang untukku. Kali ini aku
hanya mampu memberikanmu surat yang aku tulis dari kedalaman hati, mungkin esok
berkat doamu aku berhasil membungkus impianku untukmu buk!
Aku
sayang Ibuk, melebihi diriku sendiri.
Dari anakmu,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar