Estetika dan Bersastra Bukan Sebuah
Kontradiksi
Keindahan bahasa, keindahan karya, bahkan
keindahan luapan dari dalam hati menjadi satu dalam karya sastra. Sastra adalah
luapan emosi dalam bentuk imajinatif dan tentunya menarik, bahkan sastra mampu
menyajikan berbagai konotasi sebagai pemanis dalam hidangan karya. Tak hanya
itu, dalam sastra tidak dibatasi dalam berfikir maupun menciptakan inovasi dan
tentunnya tidak bisa terlepas dari estetika. Estetika merupakan bentuk
keindahan yang tidak terlihat namun hanya bisa dirasakan, keindahan sebuah
karya sastra akan muncul, dan akan memiliki ciri khas sesuai dengan latar
belakang penciptanya.
Sastra dan estetika merupakan satu
kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, kalaupun ada sebuah karya sastra yang
tidak mencakup nilai estetika, karya tersebut cenderung membosankan dan tidak
bisa menjadi sorotan. Dalam bersastra juga harus didampingi dengan nilai-nilai
estetika, estetika dalam suatu karya merupakan pemanis yang wajib dituangkan
dalam karya tersebut. Bahkan dalam suatu karya sastra nilai estetika juga
tidak selalu yang bernilai positif, contohnya yaitu dalam suatu karya nilai
estikanya muncul pada konflik permasalahan tersebut dan karena dengan adanya
konflik tersebut karya itu akan menjadi menarik dan tidak monoton.
Bahkan jika ada pertanyaan “mengapa karya
sastra erat hubungannya dengan estetika?” karena pada dasarnya tanpa
nilai estetika karya tersebut pasti hambar dan tidak menarik, dan juga jika
tidak ada estetikanya karya tersebut tidak layak untuk diapresiasi.
Mengapresiasi karya sastra yaitu proses menafsirkan makna dari karya tersebut,
maka dari itu sangat dibutuhkan konflik-konflik yang bernilai estetika, dan
juga karena adanya estetika karya tersebut akan lebih hidup, lebih memainkan
imajinasi dan memberi makna tersendiri bagi penghayatnya.
Seorang penghayat yang merasakan kepuasan
setelah menghayati suatu karya, maka orang tersebut dapat dikatakan memperoleh
kepuasan estetika. Pada dasarnya pengalaman estetika merupakan hasil
suatu interaksi antara karya sastra dengan penghayatnya. Interaksi tersebut
tidak akan terjadi tanpa adanya suatu kondisi yang mendukung dan dalam kondisi
penangkapan nilai-nilai estetika yang terkandung di dalam karya sastra
yaitu, kondisi intelektual dan kondisi emosional penghayatnya atau penikmatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar