Puisi Karya Marisca Irgi Laochong



Pojok gedung
Sendiri
Ber licentia poetica
Berdiri
Mematung
Sesekali memancarkan
Cahaya mata
Menyorot pada setiap sudut
Sudut yang memaksa
Untuk dilalui
Komitmen ada tapi keadaan pasrah
Keadaan tak mempercayai seonggok rangka renta
Meski masih belia
Namun penyekap tua yang bergerilya
Diam. . . . .
Tak bergerak
Hanya otak yang menapak jejak

17-09-2014




RAHASIA

Seribu tahun hidup
Seribu tahun menjalani
Seribu tahun menapaki
Mampukah?
Tuhan
Kau melukai
Kau menyiramku dengan darah
Kau membelengguku
Kau membisukan aku
Entah. . .
Sampai menjelang kapan?
Tuhan
Tinta mu membekas di jiwa
Dan aku tak tau apa rahasia Mu
Aku tak tau mengapa kau perlakukan aku
Seperti ini
Padahal dalam Do’a ku aku meminta kebaikan hidup
Aku bersimpuh
Aku lemah di hadapMu
Tuhan
Padahal kau tau..
Kaulah yang selalu ku ajak bicara
Dan aku membisu ke manusia lain
Ku merenung…
Berteriak dalam hati
Menanya???
Apa maksudmu melakukan ini
Tuhan beri jawaban yang baik
Yang menyejukan hati

08-11-2014



Isyarat
Menerka
Tapi kuhalangi dengan salju
Menganggap
Ku hapus dengan senyum
Tatap kebusukan
Mata tajam berbahaya
Wajah cantik berkarat
Berayun dengan manja
Sungguh. . .
Tak habis pikir
Amarah mencengkeram
Malaikat hati kabur
Menghilang tak pamit
Menjadi rasa asam yang ingin kumuntahkan
Luka berdarah . . .
Mengiris nadi mematikan
Kuserahkan hati
Namun keayuan menipuku
Isyarat adalah lagu
Lagu kehidupan mewakilimu
Ahhhhh. . . .
Memuakkan
Kau menipuku dengan tarian
Kau menyandarkan aku dengan senyuman
Kau memanahku dengan pesona
Kau membuat aku tidak bisa berkata tidak!
Kau ular yang aku benci
Lidahmu meracuniku dan gerombolanku
Membuat pejalan kaki tersesat
Dan memarahi diri sendiri
08- 11-2014





KARENA DULU. . . DAN MENJADI SEKARANG
Aku bersujud. . .
Segala rasaku
Aku mengorbankan urat malu ku
Aku pelacur yang bersingkuh
Aku telah selesai
Dan
Kini tinggal si karma merajutku
Berlanjut
Kumerangkul keluarga
Sungguh niat buruk itu tak mengotori hatiku
Aku hanya ingin, dia makan dan tidur disinggahsana
Tak ada lain
Berlanjut
Aku menua. . .
Aku hidup dalam benang yang rapuh
Tinggalah tangis tak mampu
Meluruh. . .
Hanya untuk tertawa saja
Jika anakku tidak melilit kelaparan
Pilihan, tak ada lagi
Aku melamun dalam penyesalan ribuan tahun lalu
Tuhan . . .
Siksamu akan kunikmati
Tapi adilkah ini, aku juga ingin bahagiakan dia
Aku juga ingin merangkulnya dalam kekayaan
Meski langkah . . . salah
Saat kembali ke peraduan
Aku tinggal seonggok merapuh yang harus bertahan
Dan bersemangat mengidupi mereka…
Meskipun, aku sendiri telah redup
Tapi darah-ku harus menjadi orang yang sukses dan membahagikan
Di jalan. . . yahhh di jalan yang benar
Aku memang pelacur tapi darah-ku penuh kesucian
Aku memang sampah tapi aku hidup untuk kebaikan
08-11-2014


Alasan
Pasti
Dan
Akan
Pasti
Ada pisah
Selama ini hanya
Mimpi yang berjalan
Hanya
Dan
Belum
Menjadi benar dalam peluk
Dan
Masih
Sangat
Pelik
Jika berharap peluk
Yang sebernarya hanyalah pelik
Yang tak mampu tolak
Keyakinan berbicara
Namun hanya bunga malam
Yang sanggup jawab
Akankah kumenua tanpa dirimu
Akankah ku menua tanpa peluk
Iyaaa peluk
Peluk mimpi ku
Dan aku hanya hidup
Dalam kematian
Karena. . .
Iyaa karena ku tak sanggup milikimu
Adilkah. . .
Mengapa!
Hati mati saat aku mengenalmu
Hati mati saat aku memendam
Dan hinaan
Memaki!
Namun aku diam!
Karena sendiri
Adalah alasanku
Dan
Itu kamu
Entalah!

10-11-2014


untukmu
Gelap . . .
Dalam. . .
Dekap. . .
Dalam. . .
Sajak. . .
Damai. . .
Sekata dalam jiwa
Akankah
Dan mampukah
Mendayung
Merengkuh ribuan titik
Masih pekat
Dan hanya menapak dengan naluri
Berharap lurus
Tapi kenyataan banyak arah
Manakah
Beribu lembar ilmu pun
Tak membantu
Hanya tatapan kosong mewakili
Hanya kejujuran
Hanya kesabaran
Yang menemani
Meski sering tanpa tujuan
Tapi masih
Ada dibalik
Masih ada mimpi yang masih buram
Mimpi yang akan kuperjelas
Namun
Menunggu waktu
Yang ilahi lah mampu mewujudkan
Keringatku
Adalah saksi
Sakitku
Adalah kenangan
Disaat emas itu dalam genggaman
Dan kuberikan untuk
Mereka. . .
Ayah dan ibu
Papa dan mama
Aku berjuang untuk kalian
Meski sayang kalian
Tak mampu ditukar dengan apapun juga
Namun
Diam-diam aku mengikat
Hati
Mengikatnya dengan mimpi baik
Yang akan kupersembahkan
Esok hari. . .
Tunggulah . . .
10-11-2014


IMAJI
Berimaji
Bermain
Berirama
Pada setiap
Ketukan nada kehidupan
Bahkan setiap waktu
Menyinar
Dengan sejuta harapan
Kedamaian cinta
Mampu membuang kisah ini
Dan
Mengganti dengan mekarnya kembang
Mampu mengecup dengan kesegaran keabadian
Mampu mengganti tetesan air mata
Dengan
Tetesan embun kesejukan
Namun
Semua terserah pada Tuhan
Ku kira dan tetap ku kira
Hingga yang dulu terulang
Tak dalam ketukan nada
Tapi menjelma
Lukisan nyata yang berdarah
Tetesan embun itu mengering
Mengingat tamparan angin
Yang tiba pada lima
Yang menghacurkan keluarga mungil
Keindahan yang ia ciptakan
Hancur. . .
Dan menjadikan mawar itu pun layu
Menjadikan cinta itu tetap hidup
Tetapi raga telah mati
Bersemayam
Dan mencoba berlari
Jika dia yang pertama
Dan pernah bersama
Meski bukan yang pertama
Namun, dia bukan yang terakhir
Tamparan angin itu
Salam terakhir
Dan akhirnya aku kembali
Ke Indonesia ku tercinta
Membawa mawar yang layu
Dan mencoba hidup yang baru
10-11-2014



IRONI
Rusak
Rakus
Kasur
Sukar
Rusak rusak
Kasur rusak
Sukar rakus
Seperti tikus
Penyantap
Singgasana
Rusak rusak
Seperti tikus
Menyantap ohh sedap
Tikus penggila
Popularitas
Cari muka dalam duniawi
Merangkul  dollar dalam pangkuan
Milik bersama, tapi katanya…
Milik ku bukan kamu
Ha ha ha ha
Tertawa dalam kebijaksanaan
Palsu karena sukar jujur
Sukar dalam dunia rusak
Berikrar  pengabdi
Namun
Sosok penyamun
Enak saja
Jika aku tikus akan ku makan
Kamu , dia , mereka
Biar aku hidup dalam keajayaan
Sungguh tak peduli kau kelaparan
Aku akan tertawa sendirian
Namun lama kupikir
Mengapa aku sendiri. . .
Dan tidak ada teman
Mereka lupa akan aku
Mereka lupa kejayaanku
Yang wajib mereka hormati
Harus
Namun kegilaanku bukanlah orang gila
Warasku lah yang rakus
Bukan lagi serperti kasur yang rusak
Sukar ohh sukar
Mengabdi hanya sebagai materi
Bukan lagi ilahi alasannya
Rakus adalah manusiawi
Hingga hati menjadi rusak
Tak peduli mereka lapar,hancur,dan lebur
Yang penting aku bahagia akan kekayaan
Aku mampu membangun benteng dengan uang
Karena mereka juga butuh uang
Toh sebenarnya aku takkan rakus,rusak  dan sukar
Jujur
Jika mereka juga tak munafik, untuk menerima dollar ku
Dan kerakusan mereka adalah penolongku                            11-10-2014





Estetika dan Bersastra Bukan Sebuah Kontradiksi - Esai


Estetika dan Bersastra Bukan Sebuah Kontradiksi



Keindahan bahasa, keindahan karya, bahkan keindahan luapan dari dalam hati menjadi satu dalam karya sastra. Sastra adalah luapan emosi dalam bentuk imajinatif dan tentunya menarik, bahkan sastra mampu menyajikan berbagai konotasi sebagai pemanis dalam hidangan karya. Tak hanya itu, dalam sastra tidak dibatasi dalam berfikir maupun menciptakan inovasi dan tentunnya tidak bisa terlepas dari estetika. Estetika merupakan bentuk keindahan yang tidak terlihat namun hanya bisa dirasakan, keindahan sebuah karya sastra akan muncul, dan akan memiliki ciri khas sesuai dengan latar belakang penciptanya.

Sastra dan estetika merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, kalaupun ada sebuah karya sastra yang tidak mencakup nilai estetika, karya tersebut cenderung membosankan dan tidak bisa menjadi sorotan. Dalam bersastra juga harus didampingi dengan nilai-nilai estetika, estetika dalam suatu karya merupakan pemanis yang wajib dituangkan dalam karya tersebut. Bahkan dalam suatu karya sastra  nilai estetika juga tidak selalu yang bernilai positif, contohnya yaitu dalam suatu karya nilai estikanya muncul pada konflik permasalahan tersebut dan karena dengan adanya konflik tersebut karya itu akan menjadi menarik dan tidak monoton.

Bahkan jika ada pertanyaan “mengapa karya sastra erat hubungannya dengan estetika?”  karena pada dasarnya tanpa nilai estetika karya tersebut pasti hambar dan tidak menarik, dan juga jika tidak ada estetikanya karya tersebut tidak layak untuk diapresiasi. Mengapresiasi karya sastra yaitu proses menafsirkan makna dari karya tersebut, maka dari itu sangat dibutuhkan konflik-konflik yang bernilai estetika, dan juga karena adanya estetika karya tersebut akan lebih hidup, lebih memainkan imajinasi dan memberi makna tersendiri bagi penghayatnya.

Seorang penghayat yang merasakan kepuasan setelah menghayati suatu karya, maka orang tersebut dapat dikatakan memperoleh kepuasan estetika.  Pada dasarnya pengalaman estetika merupakan hasil suatu interaksi antara karya sastra dengan penghayatnya. Interaksi tersebut tidak akan terjadi tanpa adanya suatu kondisi yang mendukung dan dalam kondisi penangkapan nilai-nilai  estetika yang terkandung di dalam karya sastra yaitu, kondisi intelektual dan kondisi emosional penghayatnya atau penikmatnya.


PENULIS TROTOAR

Analisis Penyimpangan Bahasa pada Puisi

Analisis Penyimpangan Bahasa dalam Puisi “Sajak Rumah dan Sesuatu yang hampa, Sesuatu yang diam, Tersisa” Karya sastra pada das...